Pages

Senin, 21 Januari 2013

"Kesebelasan Gus Dur"

Gur Dur merupakan orang yang memiliki kegemaran sekaligus pengamat sepak bola yang handal. ia tentu tau apa yang dikatakan Sepp Herberger, pelatih legendaris yang berhasil membawa Jerman menjadi juara dunia 1954.

Herberger merumuskan filsafat bolanya demikian:
Keberhasilan dalam sepak bola ditentukan oleh tiga hal, yakni sepertiga kebisaan, sepertiga perkawanan, dan sepertiga keberuntungan. 

Kebisaan
Kebisaan itu dapat dilatih terus dengan training didalam lapangan untuk memunculkan potensi dan kemampuan dimana setiap pemain memilikinya. ada hal yang menarik saya pernah membaca sebuah buku tentang filosofi orang jepang dalam merekrut sebuah pegawai, yakni "mereka lebih mengutamakan orang yang belum bisa namun memiliki semangat juang yang tinggi untuk belajar dari pada orang yang punya kemampuan namun memiliki etos kerja dan minat belajar yang rendah". Hal ini kenapa diterapkan, hemat saya mungkin karena dengan orang yang merasa bisa maka mudah untuk puas dan lebih cenderung menyalahkan orang lain sehingga peluang untuk berkembang kecil. namun sebaliknya orang yang memiliki minat belajar yang tinggi maka tidak mudah puas dan akan selalu memperbaiki kinerjanya maupun setiap kesalahan yang terjadi. dalam akun twitter mbak Yenny Wahid (putri kedua Gus Dur) mengemukakan sukses = 1% bakat dan 99 % keringat.
Mengambil dari ceramah Gus Mus, kita jangan pernah berhenti belajar dan jangan pernah merasa diri kita hebat. Sehingga memang kita bisa memberikan sebuah kata kunci yakni : "Selalu belajar (mencari ilmu) untuk meningkat potensi dan kemampuan yang ada".

Perkawananan
Perkawanan menjadi hal yang sangat penting dalam sepak bola maupun dalam setiap aktivitas yang memerlukan kerja sama. perkawanan dibina diluar lapangan. Disini pelatih harus bisa mengumpulkan pemain-pemain yang siap untuk mengorbankan diri bagi cita-cita yang sedang digeluti dan bagi kawan-kawannya sendiri bukan mengorbankan orang lain untuk mencapai cita-cita kita.
dan lagi-lagi saya mengambil fakta dari orang jepang, 1 orang jepang dapat dikalahkan oleh 1 orang Amerika, namun 3 orang Jepang tidak dapat dikalahkan oleh 3 orang Amerika. kalau orang jawa biasanya bilang gotong royong. sebenarnya kita sudah diwarisi kekaya'an intelektual dan pola pikir oleh nenek moyang kita dengan budaya toleransinya lewat peribahasa "Ringan sama dijinjing, Berat sama dipikul".

Keberuntungan
Keberuntungan tercipta tidak dengan tiba-tiba melainkan dengan kerja keras dalam hal ini kebisaan (kemampuan) yang tinggi dan perkawanan yang kuat sebagai dasar terciptanya hasil yang maksimal. 

Gus Dur kiranya boleh mengambil alih rumus keberhasilan Herberger itu bagi "kesebelasa yang dipersiapkannya. untuk pembentukan kabinetnya, ia harus mencari orang yang betul-betul bisa, sesuai dengan bidangnya. Jangan lagi mengulang kesalahan lama, yang memasang menteri bukan karena kebisaannya, tetapi karena relasi, status , dan penjatahan kursi.

Namun, kebisaan itu baru menentukan sepertiga bagian saja dari seluruh komponen keberhasilan. kebisaan itu takkan membuahkan hasil maksimal, tanpa desertai perkawanan dan kedekatan diantara orang-orang yang hendak dpilih Gus Dur. Tanmpa perkawanan yang mau saling membantu dan berkorban itu, "kesebelasan" Gus Dur akan dilanda ketidakkompakkan dan mudah tercerai berai. Disini Gusdur dituntut  untuk menjadi manajer yang tegas. siapa tidak mau berkorban demi cita-cita yang sudah ditentukan, ya lebih baik tidak dipilih, kendati "merasa" bisa.

Sebagai "pelatih", Gus Dur tidak perlu ahu dan ahli dalam segala-galanya. Para "pemain"lah yang harus mengetahuinya. Tugas Gus Dur adalah seperti apa yang dibuat Matt Busby, pelatih legendaris Manchester Unitid, yakni menciptakan a home, a human place bagi para "pemainnya". dirumah manusiawi itulah, para pembantu-pembantu Gus Dur  dapat selalu menimba tamabahan  inspirasi bagi tugas dan kewajibannya. Dengan sifatnya yang hangat, informal, penuh humor dan sederahana, kiranya Gus Dur bisa menampilkan kepemimpinannya dengan nilai tersebut.

itu semuanya baru pertiga. sepertiga lainnya adalah keberuntungan. Sikap menerima keberuntungan ini bukan sikap fatalis yang melemahkan perjuangan, tetapi suatu sikap keterbukaan, yang percaya bahwa akan ada banyak hal terjadi diluar yang direncanakan. sika p itu juga suatu kerendahan hati : manusia berusaha, Tuhan yang menentukan. dengan sikap ini, para "pemain Gus Dur" tidak memutlakkan keberhasilan atau meratapi kegagalan, tetapi akan bermain dan bermain terus seindah-indahnya. Baru dengan demikian rakyat bisa melihat, bahwa "kesebelasan Gus Dur" itu tulus dan jujur.

Akhirnya, semoga Presiden Gus Dur mendengar permohonan ini: Gus Dur, ingatlah, rakyat Indonesia ini adalah pecinta sepak bola. sampean tentu ingat, dengan keberhasilannya di Piala Dunia 1954 Sepp Herberger tealh memberi kembali kebanggaan pada rakyat Jerman yang sebelumnya hancur, sampai meraka bisa mengatakan, Wir sind wieder wer (kami kemabal menajdi siapa). Kami, Rakyat Indonesia masih didera krisis yang membuat kami kehilangan identitas kami. maka permintaan kami pada Sampean : Gus, Bentuklah "Kesebelasan" yang bisa memberi lagi kebanggaan, hingga kami bisa bilang, kami kembali menjadi siapa, setelah lam kami malu karena kami bukan siapa-siapa.

Disadur dari Buku berjudul "Gus Dur Santri Par Excellence Teladan Sang Guru Bangsa", oleh Sindhunata (kompas, 23 Oktober 1999) dengan sedikit penambahan.

~( adli )~

0 komentar:

Posting Komentar