Pages

0

Lirik lagu kebangsaan Indonesia Raya versi asli

Lirik lagu kebangsaan Indonesia Raya versi asli yang ditemukan di perpustakaan Leiden Belanda (???) 


ANTARA News mencatat temuan lirik lagu kebangsaan Indonesia Raya versi asli dengan tiga stanza (bait) ditulis dan dilagukan pertamakali WR Supratman pada tahun 1928, namun lagu monumental itu dinyanyikan secara serentak bersamaan dengan deklarasi Kemerdekaan RI oleh Soekarno-Hatta dengan satu stanza.

Selama ini, yang kita ketahui hanya Indonesia Raya dalam satu stanza, nah ini yang tiga stanza yang terekam dalam lagu dan gambaran suasana Indonesia dalam film seluloid asli yang dibuat pada bulan September 1944 (tahun Jepang 2604) dan tersimpan di Belanda, ucap pakar telematika, Roy Suryo, di Jogjakarta (38).

Rekaman video seluloid lagu Indonesia Raya versi asli itu berdurasi 3 menit 49 detik yang diproduksi Chuuoo Sangi-In atau semacam lembaga DPR pada September 1944. Roy mendapat informasi itu dari Urip Darmawan yang merupakan keponakan WR Supratman.

Lirik lagu kebangsaan Indonesia Raya versi asli dengan tiga stanza adalah

Stanza 1

Indonesia Tanah Airkoe Tanah Toempah Darahkoe
Di sanalah Akoe Berdiri Djadi Pandoe Iboekoe
Indonesia Kebangsaankoe Bangsa Dan Tanah Airkoe
Marilah Kita Berseroe Indonesia Bersatoe

Hidoeplah Tanahkoe Hidoeplah Negrikoe
Bangsakoe Ra'jatkoe Sem'wanja
Bangoenlah Djiwanja Bangoenlah Badannja
Oentoek Indonesia Raja

(Reff Diulang 2 kali, red)
Indonesia Raja Merdeka Merdeka Tanahkoe Negrikoe Jang Koetjinta
Indonesia Raja Merdeka Merdeka Hidoeplah Indonesia Raja

Stanza 2

Indonesia Tanah Jang Moelia Tanah Kita Jang Kaja
Di sanalah Akoe Berdiri Oentoek Slama-Lamanja
Indonesia Tanah Poesaka P'saka Kita Semoenja
Marilah Kita Mendo'a Indonesia Bahagia

Soeboerlah Tanahnja Soeboerlah Djiwanja
Bangsanja Ra'jatnja Sem'wanja
Sadarlah Hatinja Sadarlah Boedinja
Oentoek Indonesia Raja

(Reff Diulang 2 kali, red)
Indonesia Raja Merdeka Merdeka Tanahkoe Negrikoe Jang Koetjinta
Indonesia Raja Merdeka Merdeka Hidoeplah Indonesia Raja

Stanza 3

Indonesia Tanah Jang Seotji Tanah Kita Jang Sakti
Di sanalah Akoe Berdiri 'Njaga Iboe Sedjati
Indonesia Tanah Berseri Tanah Jang Akoe Sajangi
Marilah Kita Berdjandji Indonesia Abadi

S'lamatlah Ra'jatnja S'lamatlah Poetranja
Poelaoenja Laoetnja Sem'wanja
Madjoelah Negrinja Madjoelah Pandoenja
Oentoek Indonesia Raja

(Reff Diulang 2 kali, red)
Indonesia Raja Merdeka Merdeka Tanahkoe Negrikoe Jang Koetjinta
Indonesia Raja Merdeka Merdeka Hidoeplah Indonesia Raja.

Naskah pada koran Sin Po (1928)
Lagu Indonesia Raya diciptakan oleh WR Supratman dan dikumandangkan pertama kali di muka umum pada Kongres Pemuda 28 Oktober 1928 di Jakarta (pada usia 25 tahun), dan disebarluaskan oleh koran Sin Po pada edisi bulan November 1928. Naskah tersebut ditulis oleh WR Supratman dengan Tangga Nada C (natural) dan dengan catatan Djangan Terlaloe Tjepat, sedangkan pada sumber lain telah ditulis oleh WR Supratman pada Tangga Nada G (sesuai kemampuan umum orang menyanyi pada rentang a - e) dan dengan irama Marcia [3], Jos Cleber (1950) menuliskan dengan irama Maestoso con bravura (kecepatan metronome 104).

Aransemen simfoni Jos Cleber (1950)
Secara musikal, lagu ini telah dimuliakan justru oleh orang Belanda (atau Belgia?) bernama Jos Cleber (pada waktu itu ia berusia 34 tahun) yang tutup usia tahun 1999 pada usia 83 tahun. Setelah menerima permintaan Kepala Studio RRI Jakarta Jusuf Ronodipuro pada tahun 1950, Jos Cleber pun menyusun aransemen baru, yang penyempurnaannya ia lakukan setelah juga menerima masukan dari Presiden Soekarno.

Rekaman asli (1950) dan rekam ulang (1997)
Rekaman asli dari Jos Cleber tahun 1950 dari Orkes Cosmopolitan Jakarta, telah dimainkan dan direkam kembali secara digital di Australia tahun 1997 berdasarkan partitur Jos Cleber yang tersimpan di RRI Jakarta, oleh Victoria Philharmonic di bawah pengarahan Addie MS.

Lirik asli (1928)
INDONESIA RAJA

I
Indonesia, tanah airkoe, Tanah toempah darahkoe,
Disanalah akoe berdiri,Mendjaga Pandoe Iboekoe.

Indonesia kebangsaankoe,Kebangsaan tanah airkoe,
Marilah kita berseroe:"Indonesia Bersatoe".

Hidoeplah tanahkoe, Hidoeplah neg'rikoe,
Bangsakoe, djiwakoe, semoea,
Bangoenlah rajatnja,Bangoenlah badannja,Oentoek Indonesia Raja.

II
Indonesia, tanah jang moelia, Tanah kita jang kaja,
Disanalah akoe hidoep, Oentoek s'lama-lamanja.

Indonesia, tanah poesaka, Poesaka kita semoea,
Marilah kita mendoa: "Indonesia Bahagia".

Soeboerlah tanahnja, Soeboerlah djiwanja,
Bangsanja, rajatnja, semoeanja,
Sedarlah hatinja, Sedarlah boedinja, Oentoek Indonesia Raja.

III
Indonesia, tanah jang soetji, Bagi kita disini,
Disanalah kita berdiri, Mendjaga Iboe sedjati.

Indonesia, tanah berseri, Tanah jang terkoetjintai,
Marilah kita berdjandji: "Indonesia Bersatoe"

S'lamatlah rajatnja, S'lamatlah poet'ranja,
Poelaoenja, laoetnja, semoea,
Madjoelah neg'rinja, Madjoelah Pandoenja,
Oentoek Indonesia Raja.

Refrain :

Indones', Indones', Moelia, Moelia,
Tanahkoe, neg'rikoe jang koetjinta.
Indones', Indones',
Moelia, Moelia, Hidoeplah Indonesia Raja.


Lirik resmi (1958)
INDONESIA RAJA

I
Indonesia tanah airku, Tanah tumpah darahku,
Disanalah aku berdiri, Djadi pandu ibuku.

Indonesia kebangsaanku, Bangsa dan tanah airku,
Marilah kita berseru, Indonesia bersatu.

Hiduplah tanahku, Hiduplah neg'riku,
Bangsaku, Rajatku, sem'wanja,
Bangunlah djiwanja, Bangunlah badannja, Untuk Indonesia Raja.

II
Indonesia, tanah jang mulia, Tanah kita jang kaja,
Disanalah aku berdiri, Untuk s'lama-lamanja.

Indonesia, tanah pusaka, P'saka kita semuanja,
Marilah kita mendoa, Indonesia bahagia.

Suburlah tanahnja, Suburlah djiwanja,
Bangsanja, Rajatnja, sem'wanja, Sadarlah hatinja,
Sadarlah budinja, Untuk Indonesia Raja.

III
Indonesia, tanah jang sutji, Tanah kita jang sakti,
Disanalah aku berdiri, Ndjaga ibu sejati.

Indonesia, tanah berseri, Tanah jang aku sajangi,
Marilah kita berdjandji, Indonesia abadi.

S'lamatlah rakjatnja, S'lamatlah putranja,
Pulaunja, lautnja, sem'wanja,
Madjulah Neg'rinja, Madjulah pandunja, Untuk Indonesia Raja.

Refrain:

Indonesia Raja, Merdeka, merdeka,
Tanahku, neg'riku jang kutjinta!
Indonesia Raja, Merdeka, merdeka,
Hiduplah Indonesia Raja.

0

Wirausaha Di Bidang Teknologi Pertanian (Agrotechnopreneurship) di Kalangan Mahasiswa dalam Upaya Peningkatan Kesejahteraan Petani dan Bangsa

Indonesia merupakan negara agraris dengan keindahan alamnya, mengutip pernyataan seorang filosofi bernama Emha Ainun Najib “sungguh negeri ini adalah penggalan surga, surga seakan-akan pernah bocor dan mencipratkan kekayaan dan keindahannya, dan cipratan keindahannya itu bernama Indonesia”. Pernyataan tersebut mengandung makna yang sangat dalam, yang mengajak kita untuk membuka mata dan berfikir bahwa potensi kekayaan negeri kita sangatlah besar. Salah satu potensi besar tersebut berada di sektor pertanian. Pertanian merupakan jantung kehidupan suatu negeri, tanpa pertanian suatu bangsa tidak akan sejahtera. Namun, potensi besar tersebut belum dapat dimanfaatkan secara maksimal baik dari kualitas maupun kuantitas. Hal tersebut dikarenakan masih kurangnya kesadaran dan kemampuan bangsa untuk mengembangkan serta mengolah sektor pertanian, sehingga membuka peluang terjadinya infasi produk impor.

Infasi produk impor dapat berdampak positif dan negatif. Dampak positif tersebut antara lain dapat memperluas jaringan kerja sama antar negara dan memenuhi kebutuhan konsumen yang semakin beragam. Namun di sisi lain dampak negatif yang ditimbulkan lebih besar karena dapat menyebabkan ketergantungan bangsa akan produk impor dan membuat masyarakat cenderung untuk memilih produk luar dibanding produk dalam negeri.

Dalam hal ini telah banyak upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengurangi ketergantungan produk impor, akan tetapi masyarakat luas belum dapat merasakan hasil nyata dari upaya tersebut. Hal ini berdampak pada menurunnya kepercayaan masyarakat pada pemerintah, sehingga harapan masyarakat bertumpu pada pemuda sebagai aset penerus bangsa. Pemuda merupakan generasi baru yang akan membawa Indonesia di masa yang akan datang. Peran pemuda menjadi penting mengingat mereka mempunyai segala persayaratan yang diharapkan bangsa yaitu niat yang tulus, pemikiran yang idealis, fisik yang kuat, dan semangat yang tinggi.

Namun, dewasa ini minat pemuda akan pertanian masih kurang karena asumsi terhadap pertanian yang identik dengan masyarakat kalangan bawah dan prospek kerja sempit. Pemuda lebih cenderung melanjutkan studi dibidang yang trend saat ini seperti teknologi, bukan bidang yang menjadi kebutuhan pokok bangsa yaitu pertanian. Sebenarnya pilihan tersebut bukanlah suatu hal yang salah, namun tujuannya itu belum mengarah kepada pengembangan potensi yang dimiliki negara kita yaitu dibidang pertanian. Maka dari itu untuk menciptakan suatu negara yang besar, bidang teknologi dan pertanian harus berjalan searah dan saling berkesinambungan. Dengan teknologi berbasis pertanian akan dihasilkan produk-produk inovasi bidang pertanian yang dapat menjadi benteng dari infasi produk impor.

Pengembangan teknologi pertanian diharapkan selain untuk menciptakan inovasi baru dapat mendukung skill pemuda dalam berwirausaha atau biasa disebut agrotechnopreneurship. Untuk lebih lanjut, pengembangan teknologi pertanian tidak hanya untuk keuntungan finansial rumah produksi akan tetapi diharapkan dapat merangkul petani untuk ikut terlibat dalam usaha tersebut. Karena pada kenyataannya, meskipun telah banyak lembaga penelitian yang menemukan inovasi baru di bidang pertanian, hasil dan ilmu dari penelitian tidak tersosialisasikan kepada masyarakat petani justru kepada perusahaan besar. Sehingga perusahaan yang mengelola menjadi lebih maju, dan petani tetap tertinggal bahkan dapat berdampak pada penyempitan lahan sawah akibat dibangunnya perusahaan-perusahaan baru. Dengan keterlibatan petani tersebut diharapkan kesejahteraan petani dapat meningkat. Mahasiswa peduli petanian melalui agrotechnopreneurshi, mensejahterakan petani, memenuhi kebutuhan mandiri, dan jayalah Indonesia.

Dibuat untuk syarat mengikuti lomba cerdas cermat di asrama TPB IPB .
Lum'atul F, Dyah Priandini dan NurFadillah .


0

Memaknai Kearifan Lokal



Begitu banyak isu baik kebangsaan sampai kemasyarakatan yang mengangkat sebuah solusi kearifan local. Dimana semuanya berlomba-lomba menguak potensi yang ada didalam dari bangsa Indonesia baik dari hasil bumi sampai keanekaragaman budaya. Eufurio itu rupanya begitu banyak dilihat dimedia cetak, media lektronik bahkan disetiap lomba tulis menulis berlabel kearifan lokal.
Namun apa sejatinya kearifan local itu?
 Dalam pengertian kamus, kearifan lokal (local wisdom) terdiri dari dua kata: kearifan (wisdom) dan lokal (local). Dalam Kamus Inggris Indonesia John M. Echols dan Hassan Syadily, local berarti setempat, sedangkan wisdom (kearifan) sama dengan kebijaksanaan. Secara umum maka local wisdom (kearifan setempat) dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan setempat (local) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya.
Dari penjelasan di atas, maka kearifan local merupakan “nilai-nilai“ yang harus selalu kita junjung dimanapun berada. Nilai entitas dan budayalah yang berharga  dan dijunjung dengan baik dalam menyikapi permalahan dimasyarakat. Karena Kedikdayaan suatu bangsa adalah disaat bangsa itu dapat memajukan "budaya dan tradisinya" dengan baik, dan Keterpurukan suatu bangsa adalah disaat bangsa itu selalu bangga mengikuti trend bangsa lain.
Sedikit kembali pada artikel “Cintailah bahasa ibu kita” bahwa itulah sekelumit fakta dimana anak negeri ini lebih bangga menjadi orang lain dari pada dirinya sendiri. Sehingga dalam penyelesaian problem yang ada dimasyarakat maupun dinegeri ini tidak menemukan solusi yang kongkrit terkadang malah seolah-olah menyelamatkan negeri namun sejatinya menghancurkan negeri ini.
Betapa bahwa nenek moyang bangsa ini telah mengajarkan kita tentang indahnya toleransi, indahnya saling gotong royong, indahnya saling memberi yang dewasa ini kita sudah jarang menjumpainya terutama dikota besar. Maka dari itu jika kita ingin tau wajah kekayaan budaya, tradisi, dan kesederhanaan berpikir orang Indonesia yang sebenarnya janganlah engkau melihat pola pikir kehidupan perkotaan namun lihatlah masyarakat pedesaan yang begitu damai nan indah. Seperti contoh: dulu sering kita jumpai didepan rumah masyarakat jawa itu terdapat “kendi” yang terbuat dari tanah liat yang berisi air dan itu biasanya untuk orang lain kebetulan lewat yang kehausan dimana orang tersebut bisa mengambil air minum tersebut untuk pelepas dahaga.
Maknanya adalah mungkin kita sering mendengarkan kata-kata orang jawa “hidup ini cuman mamper ngombe” dan nenek moyang kita mengingatkan lewat kendi dari tanah yang berisi air itu yaitu menjadi “tanah air” sehingga setiap kali minum kita diingatkan untuk hiduplah yang bermanfaat karena hidup ini hanyalah mampir minum dan kita disuruh unutk cinta tanah air. Namun saat ini semua itu sekarang dijumapai karena akahir-akhir ini pola pikir masyarakat pedesaan juga sudah mulai diracuni dengan pola pikir yang berlebihan, suka mengkritik,egoisme dsb.
Sehingga memang kita sudah seharusnya kembali hidup dengan berkepribadian dan mempunyai pola pikir seperti orang dulu yang benar-benar tau tentang filosofi hidup yang sesungguhnya. Karena dalam puisinya pak zawawi imron (penyair emas) mengatakan “maka nikmat Allah yang manakah yang engakau dustakan, kita lahir di Indonesia minum air Indonesia menjadi darah kita, kita makan beras dan buah-buahan Indonesia menjadi daging kita, kita bersujud diatas bumi Indonesia, bumi Indonesia adalah sajadah kita, dan bila sudah tiba saatnya kita mati, kita semua akan dipeluk olek pelukan bumi Indonesia.  
Sehingga, Jika engkau menemukan siapa dirimu maka kebangkitmu menjadi jelas masalahnya kalau engkau belum tau engkau ayam, engkau bangkit bukan dengan berkokok. dan klo engkau belumtau engkau anjing maka ketika engkau bangkit tidak dengan menggonggong. aku berharab engkau (bangsa indonesia) bangkit dengan cara dan budaya Indonesia.

Cah "Kampung",  6 November 2012

0

Cerita Idul Adha 1433 H

Merayakan lebaran idul adha tidak di kota kelahiran merupakan pengalaman baru bagiku. Biasanya kita sekeluarga sholat bersama di masjid yang berbeda-beda setiap tahunnya, mulai dari desa sendiri di Kwaron, Kediri, Mojoagung, Malang, Surabaya dan yang paling membuat rindu adalah saat sholat hari raya di masjid ponpes Tebuireng. Nuansa hangat, ceria dan bahagia selalu menemani ikatan kebersamaan kami. Jajanan-jajanan dan makanan khas lebaran pun gak pernah ketinggalan setiap tahunnya. Kemudian biasanya setelah sholat dan bersalaman, orangtua akan membagi amplop kepadaku dan saudara-saudaraku, hahaha ini ni yang paling ditunggu. Menjelang sang matahari merajai separuh bumi, biasanya mas-mas di belakang rumah mulai nyiapin kambing yang akan disembelih, kalau dulu nyembelih kambingnya masih di belakang rumah. Saat  itu aku masih kecil dan takut sama darah, jadi aku cuman bisa lihat proses penyembelihan di jendela belakang rumah, baru deh kalau sudah jadi daging ikut gabung. hehe. Tapi akhir-akhir ini sudah jarang nyembelih sendiri karena sudah banyak jasa penyembelihan yang lebih praktis. Menjelang sore, masakan dari daging kambing biasanya sudah mulai masak dan siap disajikan, keluarga besar, saudara-saudara akan berkumpul untuk makan bersama, bercerita, dan menikmati indahnya hari raya kita.

Sayangnya tahun ini aku tidak merasakan suasana tersebut, tahun ini tahun pertamaku di Bogor yang insyaAllah untuk 4 tahun kedepan. Rasa sedih dan kerinduan akan kampung halaman menyelimutiku sejak beberapa hari sebelum idul adha. Teman-temanku yang rumahnya masih di sekitar Jabodetabek pulang untuk merayakan idul adha bersama keluarga mereka, dulu walaupun aku juga mondok 5 tahun tapi setiap idul adha pasti masih ada kesempatan untuk pulang, tapi sekarang tidak, baru kerasa kalau ternyata Bogor Jombang itu jauh, hiks hiks.

Alhamdulillah masih ada beberapa temanku yang tidak pulang, tanggal 26 Oktober jam 06.00 WIB kita berangkat bersama ke pelataran GWW untuk melaksakanan sholat idul adha bersama. Rasa rindu kampung halaman masih tidak mau lepas dari benakku. Seusai sholat, aku melihat sekeliling, melihat wajah teman-teman yang juga tidak pulang, mereka tetap ceria, mereka tetap tersenyum, jadi kenapa aku harus sedih? aku kan gak sendiri disini, aku bersama mereka disini, yang akan menjadi keluarga kecil baruku, seperti dulu saat di IPA3, Season's house, dan di Darulfalah mereka semua keluarga kecilku. Lagipula ini pilihanku mencari ilmu di Jawa Barat, jadi aku harus bisa dewasa dalam menyikapi apapun keadaannya. 

Seusai sholat, ada khutbah dari salah satu dosen IPB, bertema tentang keteladan Nabi Ibrahim dan Nabi ismail dalam bertauhid, Begitu besar cobaan yang diterima Nabi Ibrahim, dari mulai Nabi Ibrahim remaja dan perjalannnya mencari Tuhan, sampai akhirnya meyakini bahwa Tuhan semesta alam dan yang Maha Esa adalah Allah SWT, lalu dihadapkan pada kaumnya yang durhaka dan penyembah berhala, dibakar dengan api namun kuasa Allah tiada yang bisa menanding dengan mukjizatNya yang diberikan pada Ibrahim sehingga tidak bisa terbakar dan merasa panas. Nabi Ibrahim juga diberi cobaan dengan tidak diberi keturunan, sampai saat diberi keturunan kebahagiaan itu pun diuji melalui perintah dalam mimpi, yakni perintah dari Allah untuk menyembelih putranya tersebut. Dengan ketauhidan dan ketaqwaan yang kokoh Nabi Ibrahim mengikhlaskan putranya Nabi Ismail untuk disembelihnya, luar biasa saat Nabi Ismail pun tidak keberatan dan ikhlas kalau memang itu adalah perintah Allah. Sebelum pisau mengenai Nabi Ismail, Allah mengangkatnya terlebih dahulu, dan digantikannya dengan seekor domba yang gemuk dan sehat. Subhanallah, Allah Maha Kuasa yang merajai seluruh alam semesta beserta isinya.

Cobaan Nabi terdahulu lebih hebat dari cobaan umat sekarang, masih pantaskah kita mengeluh dan mengabaikan kenikmatan karena telah buta oleh cobaan yang sebenarnya sangat kecil. 

Sebelum pulang, aku melihat anak kecil yang kira-kira berumur 4 tahun, parasnya tampak cantik dengan baluran krudung birunya, namun sayang ternyata dia authis, gerakan tubuhnya terbatas, bicaranya pun terbata-bata. Dia bermain dengan teman sebayanya yang normal. Kasihan dia, masih kecil dan belum menyadari bahwa dirinya beda dengan kebanyakan anak seusianya yang lain, apa yang akan dilakukannya dengan keadaan demikian setelah besok beranjak dewasa? bagaimana rasanya saat dia mulai tersadar akan kondisinya? bagaimana dengan ibunya yang telah melahirkannya? ayahnya, saudaranya apa yang mereka fikirkan? aku semakin tersentuh tiap melihatnya tertawa dan tersenyum. Aku harus lebih bersyukur dengan apa yang sudah aku punya sekarang, saat sedih ingat apa yang telah Dia anugerahkan padaku, saat senang ingat bahwa sebenarnya hal itu bukanlah karena diriku, tapi karena kehendakNya. Dan semua yang aku punya ini bukanlah sebenarnya milikku, semua ini hanya titipan . Yaampun pikiranku jadi kemana-mana nih :'(

Kembali ke suasana lebaran baru ku . Besoknya di asrama diadakan acara sembelihan 9 ekor kambing dan 2 ekor sapi, daging mentah dibagi rata di setiap lorong di semua gedung asrama putra dan putri. Semakin menambah keseruan karena kita sendiri yang menyiapkan semua bahan dan alat untuk membuat sate. Dari sore sampai malam kita selorong bersama menyiapkan keperluan untuk memasak, pukul 18.30 kita mulai membakar sate bersama di depan asrama, ramai sekali. Alhamdulillah yah idul adha ini ada cerita baru yang kedepannya pasti akan lebih indah .

oiya , aku jadi ingat kata mas Zimam yang paling kuuueeren dewe, hehee . katanya "Perjalanan masih panjang nduk" . 
Yaya , memang perjalanan masih panjang vit , tetep semangat ya , tata hati untuk terus mencari dan memberi yang terbaik ^_^


Sekian cerita hari bahagia ku saat lebaran Idul Adha di Asrama .


27 Oktober 2012






0

Bahasa Ibu Lebih Baik

Polemik lunturnya kecintaan bangsa pada bahasa ibu menjadi topik yang sedang hangat dibicarakan sekarang. Padahal bahasa Indonesia merupakan bahasa yang sangat baik dengan tatanan struktural yang runtun dan jelas. Di Australia, bahasa Indonesia dijadikan sebagai kurikulum nasional bersifat pilihan dengan peringkat atas ketiga setelah bahasa Jepang dan Perancis, dengan peminat yang terus meningkat tiap tahunnya.

Namun, berita terbaru yang dikutip dari koran kompas menyatakan bahwa peminat Bahasa Indonesia di Australia menurun belakangan tahun ini, yakni sebanyak 10.000 siswa dari TK hingga SMA yang memutuskan keluar dari kelas Bahasa Indonesia. Di universitas, peminat bahasa Indonesia turun 37 persen dibandingkan 10 tahun lalu. Penurunan tersebut disebabkan karena di Indonesia sendiri penggunaan bahasa Indonesia menjadi tidak begitu penting dan lebih marak menggunakan bahasa Asing.  Selain Australia, bahasa Indonesia juga dipelajari banyak warga dari Jepang, Korea, China, Amerika Serikat, Jerman, Rusia, Inggris, Meksiko, Italia, dan Uzbekistan.

Sebenarnya ada dua indikator yang menyebabkan melemahnya minat bangsa pada bahasa Indonesia yang dilihat dari faktor eksternal dan internal. Yang pertama adalah faktor eksternal. Seiring dengan maraknya globalisasi, bukan hal tabuh lagi apabila mulai banyak tren dan budaya luar yang masuk ke bangsa kita, termasuk bahasa yang merupakan komponen penting dalam suatu hubungan komunikasi sosial. Bahasa asing terutama bahasa Inggris di Indonesia menjadi bahasa yang sepertinya wajib untuk dikuasai agar tidak ketinggalan jaman, hal ini dapat dilihat dari menjamurnya kursus bahasa Inggris dengan tarif yang sangat mahal. Persaingan ataupun kebutuhan untuk mengusai bahasa Inggris memang merupakan hal positif, namun di sisi lain juga berdampak pada kurangnya minat pada bahasa sendiri.

Selain itu, Kita bisa juga melihat dari hasil Ujian Akhir Nasional, Ujian Masuk Perguruan Tinggi dan lain-lain, dimana rata-rata nilai bahasa Inggris lebih baik daripada nilai bahasa Indonesia. Pemerintah bukanya tinggal diam atas masalah tersebut, Kemendikbud sendiri pada minggu lalu telah mengelurkan aturan ditiadakannya mata pelajaran bahasa asing untuk anak didik sampai kelas 5 SD, namun aturan tersebut menimbulkan banyak kritikan, akhirnya diputuskan menganjurkan dengan tidak mewajibkan aturan tersebut.
Tidak jauh-jauh, di kampus saya sendiri beberapa waktu lalu telah diadakan test toefl untuk mengukur kemampuan mahasiswa, dimana mahasiswa yang mendapat skor baik dibebaskan untuk tidak mengikuti tatap muka kuliah m.a Inggris. Pertanyaan yang mendasar adalah “mengapa harus bahasa Inggris dan tidak bahasa Indonesia yang pertama diujikan?”

Faktor yang kedua adalah internal, dimana faktor internal ini memiliki pengaruh yang sangat besar pada tergerusnya minat bangsa pada bahasa Indonesia. Menurut pengamat, penyebab rendahnya nilai bahasa indonesia daripada bahasa Inggris adalah pengajaran yang dilakukan di sekolah cenderung bersifat komunikatif daripada struktural. Pendekatan cara ajar yang komunikatif dipakai karena lebih menyenangkan dan mudah ditangkap oleh siswa. Pendekatan tersebut memang baik namun belum sepenuhnya benar karena yang disajikan saat ujian adalah soal bahasa Indonesia dalam konsep struktural. Pendekatan komuniatif membuat siswa membutuhkan waktu yang lebih banyak untuk memahami konsep struktur dari bahasa Indonesia sendiri. Dari sini sebenarnya ada dua hal yang perlu diperbaiki, yaitu cara pengajaran yang perlu dievaluasi dan materi uji yang harus lebih disesuaikan.

Selain itu, kebiasaan mencampur bahasa Indonesia dengan bahasa asing secara tidak langsung membuat kebiasaan baru dan kosakata baru di masyarakat. Hal tersebut dapat ditemui diberbagai kalimat pidato, ceramah dan ucapan para tokoh ataupun artis yang akhirnya ditiru oleh masyarakat. Penyisipan kata dalam bahasa asing tersebut dianggap lebih menarik dan lebih berbobot daripada kata dalam bahasa Indonesia yang sebenarnya lebih jelas.

Tidak hanya penyisipan kata asing , penciptaan kata-kata baru yang dianggap merusak tatanan bahasa Indonesia juga terjadi di kalangan ramaja, kata-kata baru tersebut biasa disebut sebagai kata ‘alay’. Parahnya anggapan buruk tentang bahasa alay tidak hanya terjadi di dalam negeri, bahkan di luar negeri mereka faham tentang arti alay di Indonesia. Hal tersebut dapat diketahui dari banyaknya pernyataan negatif yang mereka kicaukan di jejaring sosial Twitter.

Tentu saja, permasalahan bahasa tersebut tidak boleh dibiarkan. Kita sebagai generasi Pelurus harus memikirkan cara-cara yang tepat untuk kembali menumbuhkan minat dan kecintaan bangsa pada bahasa Indonesia. Seperti mulai membiasakan menggunakan bahasa Indonesia untuk istilah-istilah asing yang biasa digunakan baik di media maupun keseharian, memikirkan cara pengajaran yang tepat sasaran dan mencakup dua aspek penting yaitu komunikatif dan struktural, menciptakan permainan eduktif untuk peserta didik tingkat SD agar tertanam kecintaan pada bahasa Indonsesia sejak dini, dan yang mendasar adalah dengan mulai mengajak kerabat dan orang-orang yang di sekeliling kita untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Semoga permasalahan tersebut dapat segera dicari solusinya, agar slogan yang diciptakan pada pahlawan dulu tentang ‘bertumpah darah satu dan berbahasa satu bahasa Indonesia’ tidak terkubur oleh kebiasan masyarakat modern Indonesia saat ini dan lebih jauh agar tidak sampai terjadi masalah krisis identitas yang seperti terjadi di negeri tetangga.

Memang kita juga tidak harus meningggalkan bahasa asing mengingat globalisasi yang tak bisa dihindari dalam dua dekade ini, hubungan antar negara, perdagangan juga perlu bagi kemajuan bangsa kita. Namun hal terpenting yang harus diingat adalah tidak meninggalkan dan tetap mencintai bahasa kita sendiri yaitu bahasa Indonesia. Kita juga pasti bisa maju dengan konsisten dan menguatkan karakter bahasa kita, sehingga kita tidak hanya menjadi pengikut namun juga diikuti seperti yang sudah terjadi di beberapa negara yang menjadikan bahasa Indonesia sebagai Prodi di Universitasnya.

Saya jadi ingat kutipan “kuasai bahasa asing dengan tetap cintai bahasa sendiri”.
Mari tetap semangat dengan mencintai dan memajukan bangsa ^_^

I LOVE INDONESIA –

1 November 2012 / A3-391
Lum’atul Fitria