Pages

0

Sebuah karya Land Art "Seed"

Dua minggu ini kelas saya disibukkan dengan tugas mata kuliah Pengantar Seni Arsitektur. Tugasnya berupa perintah membuat karya Land Art. Land art merupakan sebuah gerakan seni di mana lanskap dan karya seni yang terkait erat. Land art diciptakan di alam dan menggunakan bahan-bahan alami seperti tanah, batuan, organik media, log, cabang, daun, dan air. Bahan tambahan lain seperti beton, logam, aspal atau mineral pigmen. Karya 3D land art ditempatkan ditempat-tempat umum untuk dinikmatin oleh publik, mengandung filosofi dan arti tersendiri.

Saya bersama kelompok membuat sebuah land art dengan judul "Seed" atau benih. Kami diberi waktu 2 minggu untuk membuat land art beserta posternya. Setiap 3x dalam seminggu kami berkumpul untuk membuatnya. Jadilah karya Land Art kita seperti dibawah ini :


 Karya Land art kami diatas menggambarkan kondisi bumi yang rusak saat ini. Bumi sudah tidak bersahabat, akibat berbagai kekacauan yang ditimbulkan manusia. Warna biru berarti laut, dan kuning adalah pulau-pulau yang sudah tampak gersang dengan ranting-ranting yang mengelilinginya. Sepatu diatasnya melambangkan sebuah harapan baru, langkah awal kita sebagai mahasiswa pertanian untuk menghijaukan bumi dengan menebar bibit. Diatas sepatu terdapat tanaman yang baru tumbuh dengan dua daun, melambangkan harapan kita akan kehidupan kedua yang lebih baik.

Bahan yang di pakai antara lain 1.botol untuk bola dunia. Botol dipilih karena mudah didapat, tembus pandang sehingga sinar atau lighting dari dalam bola dapat terpancar dengan baik. 2. Sak semen dan kardus untuk pembuatan sepatu 3. kawat untuk melapisi bola dunia  4.ranting untuk memberikan efek gersang

Adapun lokasi tapak untuk land art yang kami pilih adalah di Akademik Event Plaza , di samping kiri tangga menuju koin IPB. Tapak tersebut dipilih karena 1.Merupakan tempat banyak orang berlalu lalang, baik mahasiswa IPB maupun masyarakat luar 2.Dekat dengan sumber listrik 3.Penikmat dapat melihat karya dari berbagai sisi tanpa terhalang dan lokasinya tinggi 4.Dapat menjadi tempat untuk para wisudawan berfoto, sekaligus menyampaikan pesan untuk terus menjaga lingkungan di setiap langkahnya selepas dari IPB.

Walaupun karya kami tidak lama di tempatkan di AEP , kami berharap pesan yang kami sampaikan melalui karya ini dapat ditangkap dan di implementasikan oleh teman-teman peserta workshop tadi sore dan semua yang membaca ini. Mengingat kondisi bumi kita memang semakin mengkhawatirkan, Berbagai teknologi baru ditemukan, orang-orangnya semakin canggih, namun sayangnya nilai-nilai yang harus dipertahankan (hati nurani) melebur. Kalau saya boleh katakan, semakin canggih teknologi saat ini, semakin jahat pula orang-orangnya. Yang dicari hanya sebuah tujuan untuk misi sepihak, mengesampingkan keberlanjutan dan kesejahteraan bersama.

Kami hanya membuat 1 sepatu, bukan 1 pasang sepatu. Artinya memang sebuah perubahan yang diinginkan harus dimulai dengan satu langkah awal. Satu langkah yang tidak semua orang mau melakukannya. Satu langkah yang umumnya susah untuk dimulai. Namun, dengan tekad dan kemauan. Satu langkah itu harus kita lalui , untuk langkah-langkah selanjutnya yang lebih mudah.


Sahabat. Untuk kita , untuk kita dan untuk kita  "Lets do by first step !! for better future ".

1

Teks Translit Pidato KH.As’ad Syamsul Arifin

(Resume )

KH.As’ad Syamsul merupakan salah satu tokoh dari sejarah berdirinya NU. Pada suatu majlis, KH.As’ad Syamsul bercerita tentang kisah nyata perjalanan dirinya dalam menghubungkan KH.Kholil Bangkalan dengan KH.Hasyim Asyari. Perjalanan tersebut bertujuan untuk menyampaikan isyarat pendirian Jamiyah Ulama, yang sekarang dikenal dengan Nahdlatul Ulama. Awalnya, ± 700 tahun lalu syariat islam masuk ke Indonesia dibawa oleh pelopor-pelopor Rasulullah dengan menganut salah satu dari empat madzhab, khususnya Imam Syafi’i. Islam tersebut yang disebut orang sekarang islam Ahlusunnah Waljamaah. 

Pada tahun 1920, sebanyak 66 Ulama se-Indonesia berkumpul untuk menemui Kyai Muntaha, menantu KH.Kholil. Dalam pertemuan itu, para ulama menyampaikan tentang keresahan akan datangnya kelompok-kelompok yang tidak senang dengan ulama dan kitab-kitab salaf. Para ulama mengadakan musyawarah untuk menghadapai masalah tersebut, mempertahankan ajaran Rasulullah yang sejak awal sudah menjadi panutan. Namun, dari tahun ke tahun belum mendapat kesimpulan dan solusi yang tepat. 

 Tahun 1924, KH.As’ad Syamsul sembuh dari lidah pelat, setelah mendapat Izin dari Allah melalui karomah Kyai Kholil. Kemudian, Beliau diberi amanat oleh Kyai Kholil untuk mengantarkan tongkat ke KH.Hasyim Asyari Jombang, dan diberi bekal saku. Berbagai anggapan dan omongan aneh dari orang-orang yang melihat KH.As’ad selama perjalanan. Namun, beliau tetap tenang dan sabar menjalankan amanat tersebut. Sesampainya di Jombang, KH.Hasyim menanyakan kenapa tongkat ini diantar , KH.As’ad menjawab sesuai apa yang dikatakan oleh Kyai Kholil sebelumnya. Beliau membaca surat Thaha ayat 17-21 yang berisi tentang kisah Nabi Musa dan tongkatnya. KH.Hasyim mengambilnya, dan mengatakan bahwa beliau akan lanjut mendirikan Jamiyah Ulama. 

Tahun 1924 akhir, KH.As’ad dipanggil Kyai Kholil kembali untuk mengantarkan sebuah tasbih ke KH.Hasyim di rumahnya di desa Keras Jombang. KH.As’da diberi saku, dan sampai sekarang saku itu masih utuh, tidak dipakai untuk menunggu buahnya (RahmatNya). Sebelum memberikan ke KH.As’ad, sambil memagang tasbih Kyai Kholil mengucapkan “Ya Jabbar Ya Jabbar Ya Jabbar, Ya Qahhar Ya Qahhar Ya Qahhar”. KH.As’ad meminta tasbih itu dikalungkan dilehernya. Tanggapan aneh dari orang-orang yang melihat KH.As’ad selama perjalanan dibiarkan, beliau berpuasa, berpuasa bicara, makan dan minum. Sesampainya di rumah KH.Hasyim, ditanya kembali kenapa diantarkan tasbih itu, KH.As’ad menjawab sama seperti yang diucap oleh Kyai Kholil. Kemudian Kh.Hasyim dawuh : “Siapa yang berani pada NU akan hancur, siapa yang berani pada ulama akan hancur”. Pada, tahun 1925 Kyai Kholil wafat, banyak orang bertakziyah. Akhirnya pada tahun 1926 bulan Rajab diresmikan Jamiyah Ulama , yang sekarang dikenal Nahdlatul Ulama.