Saat siang hari sabtu
(17-08-2013) pukul setengah 12, aku sangat bersyukur diberikan kesempatan Allah
untuk bisa sowan kepada Pengasuh Pondok, banyak hal yang menarik dan pesan
beliau untuk menuntun langkahku kedepan.
Dengan deg-degan aku
masuk ke ndalem (red: rumah) beliau, tiba-tiba beliau bertanya singkat jelas
padat “mam uda punya pacar?”, saat itu aku bingung karena tiba-tiba ditanya
seperti itu. Aku pun menjawab dengan tertunduk malu “dereng gus” dan setelah
itupun tidak ditanya apa-apa lagi karena saat itu beliau fokus berbicara dengan
satu orang tamu yang kelihatannya memiliki latarbelakanga santri dan pengusaha
pengeboran sumur minyak.
Walaupun aku terdiam
lama, namun seru juga mengikuti diskusi beliau-beliau. Hal yang menarik aku
bisa tangkap dan rekam, pengusaha itu bilang “Santri niku lek sampun dados tiang, niku bakal dados tiang tenanan (santri
itu kalau sudah jadi orang itu akan jadi orang yang luar biasa). Hal ini,
beliau katakan kepada orang yang beranggapan bahwa “kalau nanti anak saya jadi
santri terus nanti kedepan nanti jadi apa?” dan memang tanpa alasan beliau
menjadi pengusaha yang sukses dengan latar belakang santri. Mungkin hemat
kataku menyimpulkan memang kalau uda terbiasa hidup dipondok dengan kultural
pondok yang begitu unik Insya Allah kedepan memiliki masa depan dan orientasi
yang bagus dari pada yang lain.
Tidak sampai disitu,
pembicaraan beliau-beliau melebar sampai terkait peta sumur yang ada di
Indonesia, kata beliau bilang pengasuh “saya kenal orang belanda gus dan dia
punya peta dan data yang lengkap terkait sumur minyak yang ada di Indonesia”.
Cukup luar biasa memang jika anak bangsa bisa memanfaatkan sepenuhnya potensi
yang dimiliki ibu pertiwi dan memiliki orientasi yang jelas untuk mensejahterahkan
masyarakat Indonesia bukan memiliki orientasi mensejahterahkan diri sendiri
maupun kelompok masing-masing, dan sebenarnya tidak alasan Indonesia untuk
tidak maju.
Dan sebelum saya pamit
pulang, pengasuh berpesan dan
menginginkan :
“Para alumni bisa menjadi kader yang bisa mengabdi dan memberikan
manfaat kepada yayasan dan masyarakat tempat asal, tidak malah mengabdi
diyayasan untuk memnuhi kebutuhan pribadi, selama ini belum ada kader yang
bener-benar tulus untuk mengabdi. Dan janga ketika diluar idak punya kerjaan
lalu kembali dengan meminta yayasan.
1-2
tahun adalah waktu untuk menanam, 3 tahun adalah waktu untuk menyiram dan
merawat, baru 8 tahun buahnya mulai kelihatan, 9 tahun buahnya sudah mulai
besar dan 10 keatas tahun baru kita bisa memanennnya.
Jangan
lupa kalau ingin cepat menjadi orang yang berpengaruh maka sampean harus sering
ke silaturrahim ke para kyai terutama yang sepuh, jangan pernah ketinggalan
sholat wajib, dan sholat malam (tahajjud) sehingga sampean dekat dengan Allah,
jangan minta selain Allah.”