Pages

Rabu, 16 Januari 2013

Dibalik Musibah Ibu Kota

Air bah masih bersinggah, datang setiap tahun membanjiri ibu kota. Entah harus sedih atau bahagia. Kita diberi kelimpahan air yang bahkan melebihi kemampuan untuk menampungnya. Banjir di Jakarta disebabkan beberapa hal, seperti penyempitan sungai akibat pembangunan, keadaan tanah yang tertutup, pembabatan hutan, erosi tanah yang menyisahkan tanah bebatuan, ada yang mengatakan kiriman dari Bogor, dan lain sebagainya. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana rumitnya kota Jakarta saat terjadi banjir, pengungsi dimana2, aktivitas warga terganggu, wabah penyakit mulai menyebar, kegiatan belajar mengajar terhenti, jalanan menjadi lumpuh, Mengingat Jakarta merupakan salah satu dari 10 kota termacet didunia, betapa riuh dan resahnya keadaan disana saat ini.

Sebaliknya di seberang sana, di daerah Afrika pernah terjadi kekeringan parah. Dari buku yang pernah saya baca*, di Tanzania setiap anak pengungsi harus berjalan tanpa alas sejauh 4,8 km untuk sumber paling dekat, dan 9.6 – 16 km untuk sumber yang paling jauh. Mereka tidak akan menemukan sumber berupa sumur ataupun sungai, mereka hanya akan mendapati hamparan pasir kosong, lalu menggali tanah dengan tangan, menunggu beberapa menit, jika beruntung maka akan keluar air dari bawah tanah yang dipenuhi dengan lumpur. Mereka akan bergantian meminumnya, yang lebih muda lebih dulu. Keadaannya sangat memprihatinkan, mereka kurus keronta, sangat kekurangan gizi, bahkan untuk menangispun mereka tak punya tenaga.

Di Nigeria, tahun 1957 ada satu titik didaerah ujung utara Nigeria yang merupakan gurun pasir Sahara. Tahun 1985, 28 tahun kemudian lebih dari sebagian wilayah Nigeria berubah menjadi gurun pasir! Dulu ada daerah yang disebut Tanout atau rumah makanan berlimpah, namun siapa menyangka sekarang daerah itu hanya sebuah hamparan pasir, kekeringan parah menyerang hebat para penduduk, curah hujan hanya 2,5 sentimeter pertahun, normalnya seperti dijepang curah hujan 137 sentimeter pertahun dan suhu disana mencapai 62 derajat celcius. Masih dari buku yang saya baca, penulis bahkan menemui seekor sapi mati ditengah perjalannanya mencari air, kulitnya mengelupas dari dagingnya. Saat itu sedang terjadi perang saudara di Nigeria, pengungsi perang sama mengenaskan dengan pengungsi perang di daerah Afrika lain. kekeringan dan kelaparan. Mereka tak punya harapan untuk dapat bercocok tanam, tapi tetap berusaha menanam walau akhirnya bibit bertebangan karena tidak turun hujan, atau rusak terkena bom, merekapun harus pindah mencari tempat aman lain. Begitu seterusnya.

Menurut media online, kekeringan di Afrika masih terjadi sampai abad 20 ini, mereka masih sangat membutuhkan bantuan. Walaupun PBB dan pihak2 lain sudah membantu, keadaan disana masih tetap memprihatinkan.

Yah, itu sedikit gambaran tentang 2 kondisi yang secara umum tidak menguntungkan. Yang pasti kita harus tetap mensyukuri bahwa negara kita masih jauh lebih beruntung di banding negara2 bagian lainnya. Kita diberi kelebihan air yang sangat melimpah dan tanah kita masih subur. Sudahlah jangan mengeluh, kita memang belum bisa memanfaatkan kelimpahan ini dengan baik. Tinggal bagaimana sikap kita menerima hadiah ini dari Allah, akankah menangadahkan tangan dan menatanya atau tetap dalam kepura-puraan.

 "Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka ” QS Ar-Ra'd : 11

*Totto-chan's Children , A Goodwill Journey to the Children of the World.
Vita

0 komentar:

Posting Komentar