Begitu banyak isu baik kebangsaan
sampai kemasyarakatan yang mengangkat sebuah solusi kearifan local. Dimana
semuanya berlomba-lomba menguak potensi yang ada didalam dari bangsa Indonesia
baik dari hasil bumi sampai keanekaragaman budaya. Eufurio itu rupanya begitu
banyak dilihat dimedia cetak, media lektronik bahkan disetiap lomba tulis
menulis berlabel kearifan lokal.
Namun apa sejatinya kearifan local itu?
Dalam pengertian kamus, kearifan lokal (local
wisdom) terdiri dari dua kata: kearifan (wisdom) dan lokal (local). Dalam Kamus
Inggris Indonesia John M. Echols dan Hassan Syadily, local berarti setempat,
sedangkan wisdom (kearifan) sama dengan kebijaksanaan. Secara umum maka local
wisdom (kearifan setempat) dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan setempat
(local) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam
dan diikuti oleh anggota masyarakatnya.
Dari penjelasan di atas, maka
kearifan local merupakan “nilai-nilai“ yang harus selalu kita junjung dimanapun
berada. Nilai entitas dan budayalah yang berharga dan dijunjung dengan baik dalam menyikapi
permalahan dimasyarakat. Karena Kedikdayaan suatu bangsa adalah disaat
bangsa itu dapat memajukan "budaya dan tradisinya" dengan baik, dan
Keterpurukan suatu bangsa adalah disaat bangsa itu selalu bangga mengikuti
trend bangsa lain.
Sedikit kembali pada artikel
“Cintailah bahasa ibu kita” bahwa itulah sekelumit fakta dimana anak negeri ini
lebih bangga menjadi orang lain dari pada dirinya sendiri. Sehingga dalam penyelesaian
problem yang ada dimasyarakat maupun dinegeri ini tidak menemukan solusi yang
kongkrit terkadang malah seolah-olah menyelamatkan negeri namun sejatinya
menghancurkan negeri ini.
Betapa bahwa nenek moyang bangsa ini
telah mengajarkan kita tentang indahnya toleransi, indahnya saling gotong
royong, indahnya saling memberi yang dewasa ini kita sudah jarang menjumpainya
terutama dikota besar. Maka dari itu jika kita ingin tau wajah kekayaan budaya,
tradisi, dan kesederhanaan berpikir orang Indonesia yang sebenarnya janganlah
engkau melihat pola pikir kehidupan perkotaan namun lihatlah masyarakat
pedesaan yang begitu damai nan indah. Seperti contoh: dulu sering kita jumpai
didepan rumah masyarakat jawa itu terdapat “kendi” yang terbuat dari tanah liat
yang berisi air dan itu biasanya untuk orang lain kebetulan lewat yang kehausan
dimana orang tersebut bisa mengambil air minum tersebut untuk pelepas dahaga.
Maknanya adalah mungkin kita sering
mendengarkan kata-kata orang jawa “hidup ini cuman mamper ngombe” dan
nenek moyang kita mengingatkan lewat kendi dari tanah yang berisi air itu yaitu
menjadi “tanah air” sehingga setiap kali minum kita diingatkan untuk hiduplah
yang bermanfaat karena hidup ini hanyalah mampir minum dan kita disuruh unutk
cinta tanah air. Namun saat ini semua itu sekarang dijumapai karena
akahir-akhir ini pola pikir masyarakat pedesaan juga sudah mulai diracuni dengan
pola pikir yang berlebihan, suka mengkritik,egoisme dsb.
Sehingga memang kita sudah
seharusnya kembali hidup dengan berkepribadian dan mempunyai pola pikir seperti
orang dulu yang benar-benar tau tentang filosofi hidup yang sesungguhnya.
Karena dalam puisinya pak zawawi imron (penyair emas) mengatakan “maka nikmat
Allah yang manakah yang engakau dustakan, kita lahir di Indonesia minum air
Indonesia menjadi darah kita, kita makan beras dan buah-buahan Indonesia
menjadi daging kita, kita bersujud diatas bumi Indonesia, bumi Indonesia adalah
sajadah kita, dan bila sudah tiba saatnya kita mati, kita semua akan dipeluk
olek pelukan bumi Indonesia.
Sehingga, Jika engkau menemukan
siapa dirimu maka kebangkitmu menjadi jelas masalahnya kalau engkau belum tau
engkau ayam, engkau bangkit bukan dengan berkokok. dan klo engkau belumtau engkau anjing maka ketika engkau bangkit tidak dengan
menggonggong. aku berharab engkau (bangsa indonesia) bangkit dengan cara dan budaya Indonesia.
Cah "Kampung", 6 November 2012
0 komentar:
Posting Komentar