Pages

Sabtu, 03 November 2012

Cerita Idul Adha 1433 H

Merayakan lebaran idul adha tidak di kota kelahiran merupakan pengalaman baru bagiku. Biasanya kita sekeluarga sholat bersama di masjid yang berbeda-beda setiap tahunnya, mulai dari desa sendiri di Kwaron, Kediri, Mojoagung, Malang, Surabaya dan yang paling membuat rindu adalah saat sholat hari raya di masjid ponpes Tebuireng. Nuansa hangat, ceria dan bahagia selalu menemani ikatan kebersamaan kami. Jajanan-jajanan dan makanan khas lebaran pun gak pernah ketinggalan setiap tahunnya. Kemudian biasanya setelah sholat dan bersalaman, orangtua akan membagi amplop kepadaku dan saudara-saudaraku, hahaha ini ni yang paling ditunggu. Menjelang sang matahari merajai separuh bumi, biasanya mas-mas di belakang rumah mulai nyiapin kambing yang akan disembelih, kalau dulu nyembelih kambingnya masih di belakang rumah. Saat  itu aku masih kecil dan takut sama darah, jadi aku cuman bisa lihat proses penyembelihan di jendela belakang rumah, baru deh kalau sudah jadi daging ikut gabung. hehe. Tapi akhir-akhir ini sudah jarang nyembelih sendiri karena sudah banyak jasa penyembelihan yang lebih praktis. Menjelang sore, masakan dari daging kambing biasanya sudah mulai masak dan siap disajikan, keluarga besar, saudara-saudara akan berkumpul untuk makan bersama, bercerita, dan menikmati indahnya hari raya kita.

Sayangnya tahun ini aku tidak merasakan suasana tersebut, tahun ini tahun pertamaku di Bogor yang insyaAllah untuk 4 tahun kedepan. Rasa sedih dan kerinduan akan kampung halaman menyelimutiku sejak beberapa hari sebelum idul adha. Teman-temanku yang rumahnya masih di sekitar Jabodetabek pulang untuk merayakan idul adha bersama keluarga mereka, dulu walaupun aku juga mondok 5 tahun tapi setiap idul adha pasti masih ada kesempatan untuk pulang, tapi sekarang tidak, baru kerasa kalau ternyata Bogor Jombang itu jauh, hiks hiks.

Alhamdulillah masih ada beberapa temanku yang tidak pulang, tanggal 26 Oktober jam 06.00 WIB kita berangkat bersama ke pelataran GWW untuk melaksakanan sholat idul adha bersama. Rasa rindu kampung halaman masih tidak mau lepas dari benakku. Seusai sholat, aku melihat sekeliling, melihat wajah teman-teman yang juga tidak pulang, mereka tetap ceria, mereka tetap tersenyum, jadi kenapa aku harus sedih? aku kan gak sendiri disini, aku bersama mereka disini, yang akan menjadi keluarga kecil baruku, seperti dulu saat di IPA3, Season's house, dan di Darulfalah mereka semua keluarga kecilku. Lagipula ini pilihanku mencari ilmu di Jawa Barat, jadi aku harus bisa dewasa dalam menyikapi apapun keadaannya. 

Seusai sholat, ada khutbah dari salah satu dosen IPB, bertema tentang keteladan Nabi Ibrahim dan Nabi ismail dalam bertauhid, Begitu besar cobaan yang diterima Nabi Ibrahim, dari mulai Nabi Ibrahim remaja dan perjalannnya mencari Tuhan, sampai akhirnya meyakini bahwa Tuhan semesta alam dan yang Maha Esa adalah Allah SWT, lalu dihadapkan pada kaumnya yang durhaka dan penyembah berhala, dibakar dengan api namun kuasa Allah tiada yang bisa menanding dengan mukjizatNya yang diberikan pada Ibrahim sehingga tidak bisa terbakar dan merasa panas. Nabi Ibrahim juga diberi cobaan dengan tidak diberi keturunan, sampai saat diberi keturunan kebahagiaan itu pun diuji melalui perintah dalam mimpi, yakni perintah dari Allah untuk menyembelih putranya tersebut. Dengan ketauhidan dan ketaqwaan yang kokoh Nabi Ibrahim mengikhlaskan putranya Nabi Ismail untuk disembelihnya, luar biasa saat Nabi Ismail pun tidak keberatan dan ikhlas kalau memang itu adalah perintah Allah. Sebelum pisau mengenai Nabi Ismail, Allah mengangkatnya terlebih dahulu, dan digantikannya dengan seekor domba yang gemuk dan sehat. Subhanallah, Allah Maha Kuasa yang merajai seluruh alam semesta beserta isinya.

Cobaan Nabi terdahulu lebih hebat dari cobaan umat sekarang, masih pantaskah kita mengeluh dan mengabaikan kenikmatan karena telah buta oleh cobaan yang sebenarnya sangat kecil. 

Sebelum pulang, aku melihat anak kecil yang kira-kira berumur 4 tahun, parasnya tampak cantik dengan baluran krudung birunya, namun sayang ternyata dia authis, gerakan tubuhnya terbatas, bicaranya pun terbata-bata. Dia bermain dengan teman sebayanya yang normal. Kasihan dia, masih kecil dan belum menyadari bahwa dirinya beda dengan kebanyakan anak seusianya yang lain, apa yang akan dilakukannya dengan keadaan demikian setelah besok beranjak dewasa? bagaimana rasanya saat dia mulai tersadar akan kondisinya? bagaimana dengan ibunya yang telah melahirkannya? ayahnya, saudaranya apa yang mereka fikirkan? aku semakin tersentuh tiap melihatnya tertawa dan tersenyum. Aku harus lebih bersyukur dengan apa yang sudah aku punya sekarang, saat sedih ingat apa yang telah Dia anugerahkan padaku, saat senang ingat bahwa sebenarnya hal itu bukanlah karena diriku, tapi karena kehendakNya. Dan semua yang aku punya ini bukanlah sebenarnya milikku, semua ini hanya titipan . Yaampun pikiranku jadi kemana-mana nih :'(

Kembali ke suasana lebaran baru ku . Besoknya di asrama diadakan acara sembelihan 9 ekor kambing dan 2 ekor sapi, daging mentah dibagi rata di setiap lorong di semua gedung asrama putra dan putri. Semakin menambah keseruan karena kita sendiri yang menyiapkan semua bahan dan alat untuk membuat sate. Dari sore sampai malam kita selorong bersama menyiapkan keperluan untuk memasak, pukul 18.30 kita mulai membakar sate bersama di depan asrama, ramai sekali. Alhamdulillah yah idul adha ini ada cerita baru yang kedepannya pasti akan lebih indah .

oiya , aku jadi ingat kata mas Zimam yang paling kuuueeren dewe, hehee . katanya "Perjalanan masih panjang nduk" . 
Yaya , memang perjalanan masih panjang vit , tetep semangat ya , tata hati untuk terus mencari dan memberi yang terbaik ^_^


Sekian cerita hari bahagia ku saat lebaran Idul Adha di Asrama .


27 Oktober 2012






0 komentar:

Posting Komentar